Pada mulanya, disebutkan bahwa Belanda datang ke kota Makassar untuk berdagang dengan persetujuan dari Raja Gowa ke XIV I Mangarrangi Daeng Manrabia Sultan Alauddin, dengan hanya satu syarat, yaitu Belanda datang hanya untuk berdagang. Namun ternyata Belanda berambisi untuk menguasai perdagangan di Makassar. bahkan setelah Belanda mengusir bangsa Portugis dan Spanyol dari Maluku, Belanda pun menghalau perahu-perahu dagang Makassar dekat perairan Ambon, agar dapat memonopoli perdagangan rempah-rempah. Perlawanan pun dilakukan oleh rakyat Makassar sedari tahun 1660-1669.
Dalam perang Makassar yang berlangsung pada tahun 1666-1669, Sultan Hassanudin dan Rakyat Makassar melakukan perlawanan terhadap VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) yang dipimpin oleh Cornelis Speelman.
Menurut jurnal UIN Alauddin Makassar yang berjudul 'Kondisi Sosial-Politik pasca Perjanjian Bongaya 1667', perang tersebut terjadi akibat ambisi VOC yang ingin menguasai jalur perdagangan rempah rempah di wilayah timur Nusantara.
Melihat penderitaan rakyatnya akibat peperangan yang terjadi, Sultan Hassanudin selaku Raja Gowa memutuskan untuk berdamai dengan pihak Belanda/VOC, beliau membuat keputusan tersebut demi rakyatnya yang begitu menderita dengan peperangan tersebut.
Pada tanggal 18 November 1667, perjanjian perdamaian antara Kerajaan Gowa dengan VOC Belanda ditandatangani disebuah desa, bagian selatan kota Makassar. Kini dikenal dengan nama Perjanjian Bongaya. namun, setelah penandatanganan tersebut, terdapat kelompok yang tidak menyetujui dan mengakui akan Perjanjian Bongaya. mereka memilih untuk terus melawan VOC Belanda.
Perang antara VOC Belanda dan Kerajaan Gowa pun akhirnya berlanjut kembali, perlawanan tersebut dipelopori oleh Karaeng Karunrung yang membenci VOC.
Pada tanggal 12 April 1668, perang Makassar pun pecah kembali, bahkan lebih besar daripada peperangan sebelum Perjanjian Bongaya. Speelman pun meminta bantuan pimpinan VOC untuk mengirimkan bala bantuan untuk melawan Sultan Hassanudin dan rakyatnya.
Pada bulan April 1669, pasukan Belanda melakukan serangan secara teratur dan berulang-ulang terhadap warga Makassar. Penyerangan VOC Belanda saat itu mendekati arah Benteng Somba Opu yang mana membuat peperangan semakin sengit dan intens.
Pada tanggal 24 Juni 1669, Belanda berhasil menaklukkan benteng utama Kerajaan Gowa, Benteng Somba Opu secara terhormat takluk setelah perjuangan perlawanan Kerajaan Gowa dengan kepemimpinan Sultan Hassanudin.
Sultan Hassanudin pun meninggal pada 12 Juni 1670, akibat penyakit yang beliau derita, penyakit plasenta, pada usia 39 tahun.
source: detiksulsel.com
No comments:
Post a Comment